
Sekitar 25% penderita sakit kepala sebelah mendapat serangan setelah didahului oleh suatu fase pertanda, umumnya ½-2 jam sebelum nyeri kepala muncul.
Fase
ini bercirikan tanda-tanda pertama (aura) berupa gejala neurologis,
seperti fonofobia dan fotofobia, yakni kepekaan berlebihan terhadap
bunyi-bunyian yang keras, bau yang tajam, maupun cahaya yang tampak
seperti kilat (teichopsia), bintik-bintik hitam atau warna-warni
(scotmata). Gejala ini disertai perasaan gelisah, mudah tersinggung dan
termenung-menung.
Umumnya
terjadi gangguan lambung-usus (mual, muntah), pengosongan lambung
dihambat, sehingga absorpsi obat yangg diberikan diperlambat. Maka
pengobatan dengan analgetika sebaiknya disertai suatu prokinetikum
(domperidon atau cisaprida). Lamanya fasa ini lebih kurang ½-1 jam
lebih.
Serangan. Aura dihubungkan dengan ischemia (tak
menerima darah) dari arteri otak yang menciut keras (vasokontriksi)
selama kira-kira 15 menit -1 jam. Kemudian disusul oleh vasodilatasi,
udema dari pembuluh darah dan sakit kepala yang berdenyut-denyut.
Penyaluran darah ke bagian kepala meningkat dan denyutan arteri
(pulsasi) diperkuat hingga tampak jelas di permukaan pelipis (sebelah
atau kedua pelipis).
Gejala ini menimbulkan nyeri hebat, seolah-olah kepala mau pecah.
Perasaan mual meningkat, timbul muntah dan pasien memilih untk tiduran
di tempat yang gelap. Setelah beberap jam, serangan migrain ini berhenti
dan kemudian dapat timbul diare serta pasien cenderung banyak kencing
dan mengantuk.
Ada banyak cara
dalam mengobati sakit kepala, sakit kepala sebelah, selain dengan
mengkonsumsi obat penghilang rasa nyeri kepala. Ada cara lainnya yang
dapat dilakukan sebagai salah satu pengobatan dan sekaligus pencegahan
dari sakit kepala, diantaranya adalah :
1. Biofeedback
Ini adalah suatu metode menggunakan sensor elektronik untuk memonitor
fungsi tubuh seperti masalah ketegangan otot, suhu kulit, detak
jantung, dan tekanan darah. Keterangan kondisi pasien biasanya akan
terlihat melalui suara atau gambar di komputer. Studi menunjukkan,
biofeedback sangat efektif untuk mengatasi migrain dan ketegangan di
kepala. Sebuah analisis terbaru yang dipublikasikan dalam jurnal
Headache menunjukkan terapi perilaku, seperti biofeedback, lebih hemat
biaya dibandingkan pemberian resep obat.
2. Akupunktur
Dalam metode akupunktur, jarum tipis dimasukkan ke bawah lapisan
kulit untuk menyetel kembali aliran energi, atau qi, di dalam tubuh.
Sebuah analisis oleh para ahli yang dikenal sebagai Cochrane review
menemukan, akupunktur dapat membantu mencegah migrain akut dengan lebih
sedikit efek samping. Bukti juga menunjukkan bahwa akupunktur dapat
membantu orang dengan sakit kepala kronis
3. Pijat
Untuk pertolongan sementara sakit kepala, Anda bisa mencoba untuk
menggosok pelipis atauleher, punggung, kepala, atau bahu. “Anda akan
merasa lebih baik sementara waktu, tapi kemudian Anda harus melakukannya
lagi,” kata Salwa H. Hanna, MD, pemilik dan direktur medis dari
Headache Clinic of Denver. Dalam sebuah penelitian kecil, penderita
migren yang mendapatkansesi pijat selama enam minggu, frekuensi
migrainnya cenderung berkurang dan mendapatkan kualitas tidur lebih
baik.
4. Peregangan
Lakukan peregangan untuk mengurangi otot tegang yang memberi
kontribusi terhadap nyeri. Cobalah tiga gerakan ini : gerakan leher
(dagu ke depan, ke atas, dan ke samping kiri dan kanan); gerakan bahu
(gerakan bahu ke atas, putar bahu ke depan dan belakang); dan leher
isometrik (tangan menekan pada setiap sisi kepala). Lakukan peregangan
dua kali sehari selama 20 menit per sesi. Tahan peregangan selama lima
detik, relaks selama lima detik, dan ulangi setiap peregangan tiga
sampai lima kali.
5. Aerobik
Latihan aerobik yang teratur, seperti jalan cepat, bersepeda, atau
berenang, dapat mengurangi intensitas dan frekuensi migrain, menurut
National Pain Foundation. Sebuah penelitian kecil yang dipublikasikan
dalam jurnal Headache terhadap pasien migrain yang melakukan senam
teratur selama 12-minggu dengan bersepeda di dalam ruangan menunjukkan,
ada peningkatan kualitas hidup dan berkurangnya angka kejadian migrain,
serta intensitas nyeri.
6. Meditasi
Berbagai teknik meditasi dapat digunakan untuk memfokuskan perhatian
dan menenangkan pikiran dari gangguan seperti nyeri kronis. Pada titik
ini, ada sedikit data tentang efek dari meditasi pada migrain. Para
peneliti di Johns Hopkins School of Medicine, di Baltimore, yang
terlibat dalam percobaan klinis mencoba menentukan apakah Vipassana –
teknik meditasi kuno India yang berfokus pada pikiran – dapat mengurangi
frekuensi dan tingkat keparahan migrain dan meningkatkan kualitas hidup
secara keseluruhan. Sebuah riset kecil pada penderita migrain menemukan
bahwa meditasi spiritual mengurangi frekuensi sakit kepala dan
toleransi nyeri yang lebih baik ketimbang meditasi sekuler dan relaksasi
otot.
7. Yoga
Sebuah penelitian kecil mengenai sakit kepala melibatkan dua kelompok
pasien migrain secara acak yang ditugaskan melakukan terapi yoga selama
tiga bulan. Hasilnya, dibandingkan dengan kelompok kontrol, peserta
yoga lebih sedikit mengalami serangan sakit kepala.
8. Latihan relaksasi
Menarik napas panjang, santai mendengarkan musik atau menggunakan
pencitraan mental, dapat membantu orang rileks dan mungkin terhindar
dari sakit kepala. Temuan ini perlu penelitian lebih lanjut.
Namun, sebuah penelitian terhadap 90 penderita sakit kepala menemukan
bahwa pelatihan relaksasi dapat meningkatkan kualitas tidur lebih baik
ketimbang akupunktur.
9. Terapi panas dan dingin
Siapapun dapat menggunakan terapi ini. Bahkan, tidak ada risiko bagi
wanita hamil dengan sakit kepala. Untuk mengurangi rasa tegang di leher,
Anda bisa memberikan sensasi panas ke bagian belakang leher. Untuk
sakit kepala, Anda juga dapat menempelkan es ke daerah pelipis.
Menurut penjelasan Edmund Messina, MD, dokter yang berpraktik di
Michigan Headache Clinic, pembuluh arteri yang menyuplai darah ke dura
(lapisan otak) letaknya di belakang lapisan tulang tipis di daerah
pelipis. “Dura akan meradang pada saat Anda mengalami migraine.
Menurunkan suhu pada pembuluh darah yang melewati area tersebut
diyakini dapat meredakan rasa sakit yang timbul,” ujarnya.
10. Batasi nitrat dan nitrit
Para ahli menganjurkan untuk menghindari zat-zat yang dapat
merangsang sakit kepala, termasuk nitrit dan nitrat dalam daging olahan
dan monosodium glutamat (MSG) yang digunakan dalam makanan sebagai
penambah rasa. Beberapa obat jantung juga mengandung nitrat.
Sementara itu, kafein, alkohol, phenylethylamine (yang ditemukan
dalam coklat dan keju), tiramin (ditemukan dalam kacang-kacangan dan
daging fermentasi, keju, dan kedelai), dan aspartam (pemanis buatan
dalam makanan banyak) adalah sebagian pemicu dari sakit kepala.
11. Stimulasi transkranial magnetik
Sebuah penelitian baru menemukan, ketika pasien diberik stimulasi
magnetik transkranial pada otaknya, mereka mendapat pertolongan lebih
baik dalam mengatasi masalah sakit kepala ketimbang mereka yang diobati
dengan plasebo. Terapi yang bersifat noninvasif ini berlangsung selama
satu atau dua jam dan dilakukan di suatu klinik khusus.
Terapi dilakukan dengan cara menempatkan koil elektromagnetik ke
dekat kepala untuk mengirimkan sinyal atau gelombang. Namun demikian,
stimulasi magnetik transkranial masih dianggap sebagai terapi
eksperimental untuk mengobati migrain.
12. Elektroda implan
Problem sakit kepala kambuhan di masa depan mungkin akan
terselesaikan dengan penggunaan elektroda yang ditanam di leher atau
otak untuk meredakan nyeri.
Salah satu jenis terapi yang disebut stimulasi saraf oksipital,
muncul sebagai pengobatan menjanjikan dalam pengobatan sakit kepala
kluster dan migrain, meski terapi ini masih perlu dikaji melalui studi
berskala besar. Dalam perawatan ini, elektroda ditanamkan di dasar
tengkorak, dekat saraf oksipital.