Ceramah Ramadhan Hari Ke-1: Puasa Dalam Perspektif Islam Sahabat
Cerpi, dalam menyambut Bulan Suci Ramadhan 1435 H atau tahun 2014,
CeramahPidato.Com akan update contoh ceramah-ceramah Islami seputar
bulan puasa, yang bisa dibawakan pada ceramah sebelum shalat Tarwih.
Pada kesempatan pertama ini, Judul ceramah puasa pada hari ke-1 ramadhan
yang akan saya bagikan adalah Puasa dalam Persfektif islam.
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena pada kesempatan yang kesekian
kalinya kita dipertemukan lagi dengan bulan ramadhan 1435 H, marilah
kita sambut bulan suci ramadhan ini dengan ucapan “Marhaban ya Ramadhan
1435 H”. Sambutan ini menunjukkan bahwa bahwa tamu disambut dengan
lapang dada, penuh kegembiraan, serta dipersiapkan baginya ruang yang
luas untuk melakukan apa saja yang diinginkannya; tidak menggerutu dan
menganggap kehadiarannya “mengganggu ketenangan” atau suasana nyaman
kita.
Jamaah Tarwih yang berbahagia …
Untuk itu kita perlu mempersiapkan bekal dan tekad yang membaja guna
mennelusuri jalan, memerangi nafsu, agar kita mampu menghidupkan malam
ramadhan dengan salat dan tadarrus, serta siangnya dengan ibadah kepada
Allah SWT.
Al-qur’an menggunakan kata shiyam dalam arti puasa menurut hukum
syariat. Secara bahasa, kata shiyam yang berakar dari huruf-huruf
sha-wa-ma berarti “menahan” dan “berhenti” atau “tidak bergerak”.
Manusia yang berupaya menahan diri dari suatu aktifitas – apapun
aktifitas itu – dinamai shaim (berpuasa). pengertian kebahasaan ini
dipersempit maknanya oleh hukum syariat, sehingga puasa (shiyam) hanya
digunakan untuk “menahan diri dari makan, minum dan upaya mengeluarkan
sperma dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari”.
Jamaah Tarwih yang dirahmati Allah SWT…
Namun Al-Qur’an menginformasikan bahwa kata shiyam tidak hanya membatasi
padamenahan makan, minum dan berhubungan suami-istri, tetapi juga
digunakan dalam arti manahan bicara (Qs. Maryam 19:26). Bahkan, kaum
sufi, merujuk kepada hakikat dan tujuan puasa, menambahkan bahwa
kegiatan yang harus dibatasi selama melakukan puasa mencakup pembatasan
atas seluruh anggota tubuh, hati, dan pikiran dari melakukan segala
macam dosa.
Hakikat shiyam atau shaum bagi manusia adalah menahan atau mengendalikan
diri, karena itupula puasa disamakan dengan sikap sabar. Hadis Qudsi
yang menyatakan antara lain bahwa: Al-Shaumu liy wa Ana Ajziy yang
aritnya Puasa untuk-Ku, dan Aku yang memberi ganjaran (HR. al-bukhari)
dipersamakan oleh banyak ulama dengan firman-Nya dalam QS. az-Zumar
39:10
قُلْ
يَا عِبَادِ الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا رَبَّكُمْ ۚ لِلَّذِينَ
أَحْسَنُوا فِي هَٰذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ ۗ وَأَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةٌ ۗ
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ
Yang artinya:
“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang
beriman. bertakwalah kepada Tuhanmu”. Orang-orang yang berbuat baik di
dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas.
Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala
mereka tanpa batas.”
Orang sabar yang dimaksud di sini adalah
orang yang berpuasa. Ada beberapa macam puasa dalam pengertian syariat /
hukum sebagaimana di singgung diatas, yakni:
- Puasa wajib sebulan ramadhan.
- Puasa kafarrat, akibat pelanggaran, atau semacamnya.
- Puasa Sunnat.
Jamaah tarwih yang berbahagia …
Uraian Al-Qur’an tentang puasa ramadhan, ditentukan dalam Qs. al-baqarah
2:183-185 dan 187. Ini berarti bahwa puasa ramadhan baru diwajibkan
setelah Nabi SAW hijrah ke madinah, yakni pada 10 Syaban tahun ke-2
hijriah. Berikut ayat-ayatnya:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
أَيَّامًا
مَّعْدُودَاتٍ ۚ فَمَن كَانَ مِنكُم مَّرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ
فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۚ وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ
فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ ۖ فَمَن تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَّهُ
ۚ وَأَن تَصُومُوا خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ
شَهْرُ
رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِّلنَّاسِ
وَبَيِّنَاتٍ مِّنَ الْهُدَىٰ وَالْفُرْقَانِ ۚ فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ
الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۖ وَمَن كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ
فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۗ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا
يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا
اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
أُحِلَّ
لَكُمْ لَيْلَةَ الصِّيَامِ الرَّفَثُ إِلَىٰ نِسَائِكُمْ ۚ هُنَّ لِبَاسٌ
لَّكُمْ وَأَنتُمْ لِبَاسٌ لَّهُنَّ ۗ عَلِمَ اللَّهُ أَنَّكُمْ كُنتُمْ
تَخْتَانُونَ أَنفُسَكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ وَعَفَا عَنكُمْ ۖ فَالْآنَ
بَاشِرُوهُنَّ وَابْتَغُوا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَكُمْ ۚ وَكُلُوا
وَاشْرَبُوا حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْأَبْيَضُ مِنَ
الْخَيْطِ الْأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ ۖ ثُمَّ أَتِمُّوا الصِّيَامَ إِلَى
اللَّيْلِ ۚ وَلَا تُبَاشِرُوهُنَّ وَأَنتُمْ عَاكِفُونَ فِي الْمَسَاجِدِ ۗ
تِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ فَلَا تَقْرَبُوهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ
آيَاتِهِ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ
Yang Artinya:
183. Hai orang-orang yang beriman,
diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang
sebelum kamu agar kamu bertakwa,
184. (yaitu) dalam beberapa hari yang
tertentu. Maka Barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam
perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak
hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. dan wajib bagi
orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa)
membayar fidyah, (yaitu): memberi Makan seorang miskin. Barangsiapa yang
dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, Maka Itulah yang lebih baik
baginya. dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.
185. (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah bulan Ramadhan, bulan yang
di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi
manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda
(antara yang hak dan yang bathil). karena itu, Barangsiapa di antara
kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia
berpuasa pada bulan itu, dan Barangsiapa sakit atau dalam perjalanan
(lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang
ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki
kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah
kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas
petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.
187. Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan
isteri-isteri kamu; mereka adalah Pakaian bagimu, dan kamupun adalah
Pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat
menahan nafsumu, Karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi ma’af
kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang Telah
ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang
putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu
sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu,
sedang kamu beri’tikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah, Maka
janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
kepada manusia, supaya mereka bertakwa.
Jamaah tarwih yang dirahmati Allah SWT…
Berdasarkan Ayat-ayat diatas dapat disimpulkan beberapa point, antara
lain: kewajiban puasa di bulan Ramadhan yang diawali dengan panggilan
mesra “wahai orang-orang yang beriman,….” dimaksudkan agar dapat
mendorong umat Islam untuk melaksanakannya dengan baik, tanpa kesalahan.
Bahkan, tujuan puasa tersebut adalah untuk kepentingan yang berpuasa
sendiri, yakni “agar kamu bertaqwa atau terhindar dari siksa api
neraka”;
Kewajiban puasa tersebut hanya beberapa hari, itu pun hanya diwajibkan
bagi yang berada dikampung halaman tempat tinggalnya, dan dalam keadaan
sehat wal afiat, sehingga “barangsiapa yang sakit atau dalam perjalanan”
maka dia boleh tidak berpuasa dan menggantinya pada hari yang lain.
“sedang yang merasa sangat berat berpuasa, maka dia harus membayar
fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin”.
Sekalipun puasa adalah kewajiban bagi umat Islam, tetapi “Allah menghendaki kemudahan untuk kamu bukan kesulitan”.
Pelaksanaan puasa dalam arti menahan makan, minum dan hubungan
suami-istri dimulai sejak terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari.
karena itu, makan, minum dan berhubungan suami-istri dapat dilakukan
sejak terbenam matahari sampai terbit fajar. namun puasa harus
disempurnakan dan jangan dinodai dengan perbuatan melanggar norma agama,
“sempurnakanlah puasa itu sampai malam”.
Jamaah tarwih yang berbahagia …
Secara jelas Al-qur’an menyatakan bahwa tujuan puasa adalah untuk
mencapai ketaqwaan, la’allakum tattaqun. Menahan diri dari lapar
bukanlah tujuan utama puasa. Hal ini disyaratkan di dalam hadis Nabi,
yang artinya “Banyak diatara orang yang berpuasa tidak memperoleh
sesuatu dari puasanya, kecuali rasa lapar dan dahaga”.
Taqwa, secara bahasa berarti menghindar, mejauhi, menjaga diri. Kalimat
perintah ittaqullah, secara harfiah berarti hindarilah, jauhilah atau
jagalah dirimu dari Allah, makna ini mustahil dapat dilakukan oleh
mahluk. Bagaimana mungkin menghindarkan diri dari Allah atau
menjauhi-Nya, sedangkan Allah bersama kamu dimanapun kamu berada. Oleh
karena itu perlu disiapkan kata atau kalimat untuk meluruskan maknanya.
Misalnya, kata siksa atau yang semakna dengannya, sehingga perintah
bertaqwa mengandung arti perintah untuk menghindarkan diri dari siksa
Allah.
Jamaah tarwih yang berbahagia …
Dengan demikian, puasa dibutuhkan oleh semua manusia, kaya ataupun
miskin, pandai ataupun bodoh, untuk kepentingan pribadi atau
masayarakat, yakni pengendalian diri. hal ini mengisyaratkan bahwa
dengan berpuasa, manusia berupaya dalam tahap awal dan minimal
meneladani sifat-sifat Allah. nabi bersabda: “Takhallaqu bi akhlaq
Allah” Teladanilah sifat-sifat Allah. Manusia mempunyai kebutuhan
beraneka ragam, dan yang terpenting adalah kebutuhan fa’ali, yaiut
makan, minum, dan hububgab suami-istri. ketiga kebutuhan itu tidak
dibutuhkan oleh Allah SWT.
Disamping itu puasa bertujuan mempertinggi rasa persaudaraan dan
kepedulian sosial, ibadah puasa mengasah dan mengasuh manusia agar
memiliki sifat sabar dan jujur.
Semoga Ibadah puasa dan ibadah-ibadah lainnya di bulan ramadhan ini
nantinya dapat melahirkan nilai-nilai ketaqwaan, nilai-nilai
persaudaraan, kebaran dan kejujuran. Wa Allah A’lam