Pada kesempatan sebelumnya saya telah share info tentang mengetahui
nasib manusia berdasarkan hari weton kelahiran. Pada kesempatan kali ini saya akan share informasi tentang Hitungan
Hitungan Perjodohan Pernikahan Berdasarkan Weton Jawa. Nah langsung saja mari kita sibak rahasia perjodohan dam hitungan versi jawa;
Nama hari = Neptu ( nilai )
1. Ahad = 5
2. Senen = 4
3. Selasa = 3
4. Rabu = 7
5. Kamis = 8
6. Jum’at = 6
7. Sabtu = 9
Nama Pasaran Neptu (nilai )
1. Legi = 5
2. Paing = 9
3. Pon = 7
4. Wage = 4
5. Kliwon = 8
Neptu hari atau pasaran kelahiran untuk perkawinan
Hari dan pasaran dari kelahiran dua calon temanten yaitu anak perempuan
dan anak lelaki masing-masing dijumlahkan dahulu, kemudian masing masing
dibuang (dikurangi) sembilan.
Misalnya :
Kelahiran anak perempuan adalah hari Jumat (neptu 6) wage (neptu 4) jumlah 10, dibuang 9 sisa 1
Sedangkan kelahiran anak laki-laki ahad (neptu 5) legi (neptu 5) jumlah 10 dikurangi 9 sisa 1.
Menurut perhitungan dan berdasarkan sisa diatas maka perhitungan seperti dibawah ini:
Apabila sisa:
1 dan 4 : banyak celakanya
1 dan 5 :bisa
1 dan 6 : jauh sandang pangannya
1 dan 7 : banyak musuh
1 dan 8 : sengsara
1 dan 9 : menjadi perlindungan
2 dan 2 : selamat, banyak rejekinya
2 dan 3 : salah seorang cepat wafat
2 dan 4 : banyak godanya
2 dan 5 : banyak celakanya
2 dan 6 : cepat kaya
2 dan 7 : anaknya banyak yang mati
2 dan 8 : dekat rejekinya
2 dan 9 : banyak rejekinya
3 dan 3 : melarat
3 dan 4 : banyak celakanya
3 dan 5 : cepat berpisah
3 dan 6 : mandapat kebahagiaan
3 dan 7 : banyak celakanya
3 dan 8 : salah seorang cepat wafat
3 dan 9 : banyak rejeki
4 dan 4 : sering sakit
4 dan 5 : banyak godanya
4 dan 6 : banyak rejekinya
4 dan 7 : melarat
4 dan 8 : banyak halangannya
4 dan 9 : salah seorang kalah
5 dan 5 : tulus kebahagiaannya
5 dan 6 : dekat rejekinya
5 dan 7 : tulus sandang pangannya
5 dan 8 : banyak bahayanya
5 dan 9 : dekat sandang pangannya
6 dan 6 : besar celakanya
6 dan 7 : rukun
6 dan 8 : banyak musuh
6 dan 9 : sengsara
7 dan 7 : dihukum oleh istrinya
7 dan 8 : celaka karena diri sendiri
7 dan 9 : tulus perkawinannya
8 dan 8 : dikasihi orang
8 dan 9 : banyak celakanya
9 dan 9 : liar rejekinya
Neptu hari dan pasaran dari kelahiran calon mempelai laki-laki dan
perempuan, ditambah neptu pasaran hari perkawinan dan tanggal (bulan
Jawa) semuanya dijumlahkan kemudian dikurangi/ dibuang masing tiga,
apabila masih sisa :
1 = berarti tidak baik, lekas berpisah hidup atau mati
2 = berarti baik, hidup rukun, sentosa dan dihormati
3 = berarti tidak baik, rumah tangganya hancur berantakan dan kedua-duanya bisa mati.
Neptu hari dan pasaran dari kelahiran calon mempelai laki-laki dan
perempuan, dijumlah kemudian dikurangi / dibuang empat-empat apabila
sisanya :
1 = Getho, jarang anaknya,
2 = Gembi, banyak anak,
3 = Sri banyak rejeki,
4 = Punggel, salah satu akan mati
Hari kelahiran mempelai laki-laki dan mempelai wanita, apabila :
Ahad dan Ahad, sering sakit
Ahad dan Senin, banyak sakit
Ahad dan Selasa, miskin
Ahad dan Rebo, selamat
Ahad dan Kamis, cekcok
Ahad dan Jumat, selama
Ahad dan Sabtu, miskin
Senen dan Senen, tidak baik
Senen dan Selasa, selamat
Senen dan Rebo, anaknya perempuan
Senen dan Kamis, disayangi
Senen dan Jumat, selamat
Senen dan Sabtu, direstui
Selasa dan Selasa, tidak baik
Selasa dan Rebo, kaya
Selasa dan Kamis, kaya
Selasa dan Jumat, bercerai
Selasa dan Sabtu, sering sakit
Rebo dan Rebo, tidak baik
Rebo dan Kamis, selamat
Rebo dan Jumat, selamat
Rebo dan Sabtu, baik
Kamis dan Kamis, selamat
Kamis dan Jumat, selamat
Kamis dan Sabtu, celaka
Jumat dan Jumat, miskin
Jumat dan Sabtu celaka
Sabtu dan Sabtu, tidak baik
Memilih Saat Ijab, Ijab kabul yang unik
Dalam perkawinan Dra. Pharmasi Endang Ontorini Udaya dengan Sutrisno
Sukro di Sala, ayah penggantin putri Bpk. Samsuharya Udaya telah memilih
saat ijab kabul secara unik, yaitu pada malam Ahad Legi (27 Mei 73) jam
2.30 pagi.
Ketetapan itu didasarkan saat lahirnya temanten putri. Segala waktunya berjalan baik, lancar dan selamat.
Mungkin hal tersebut suatu ajaran : kalau tidak memakai perhitungan,
pakailah hari kelahiran untuk hal-hal yang penting pindah rumah dsb.
Hari yang membawa kelahirannya selamat, demikian pulalah untuk hal lain-lain dalam hidupnya.
HARI-HARI UNTUK MANTU DAN IJAB PENGANTIN
(baik buruknya bulan untuk mantu):
1. Bulan Jw. Suro : Bertengkar dan menemui kerusakan (jangan dipakai)
2. Bulan Jw. Sapar : kekurangan, banyak hutang (boleh dipakai)
3. Bulan Jw Mulud : lemah, mati salah seorang (jangan dipakai)
4. Bulan jw. Bakdamulud : diomongkan jelek (boleh dipakai)
5. Bulan Jw. Bakdajumadilawal : sering kehilangan, banyak musuh (boleh dipakai)
6. Bulan Jw. Jumadilakhir : kaya akan mas dan perak
7. Bulan Rejeb : banyak kawan selamat
8. Bulan Jw. Ruwah : selamat
9. Bulan puasa : banyak bencananya (jangan dipakai)
10. Bulan Jw. Syawal : sedikit rejekinya, banyak hutang (boleh dipakai)
11. Bulan Jw. Dulkaidah : kekurangan, sakit-sakitan, bertengkar dengan teman (jangan dipakai)
12. Bulan Jw. Besar : senang dan selamat
BULAN TANPA ANGGARA KASIH
Hari anggara kasih adalah selasa kliwon, disebut hari angker sebab hari
itu adalah permulaan masa wuku. Menurut adat Jawa malamnya (senin malam
menghadap) anggara kasih orang bersemedi, mengumpulkna kekuatan batin
untuk kesaktian dan kejayaan. Siang harinya (selasa kliwon) memelihara,
membersihkan pusaka wesi aji, empu mulai membikin keris dalam majemur
wayang.
Bulan – bulan anggoro kasih tidak digunakan untuk mati, hajat-hajat lainnya dan apa saja yang diangggap penting.
Adapun bulan-bulan tanpa anggara kasih adalah:
1. dalam tahun Alib bulan 2 : Jumadilakhir dan besar
2. dalam tahun ehe bulanl 2 dan : jumadilakhir
3. dalam tahun jimawal bulan 2 : Suro dan rejeb
4. dalam tahun Je bulan 2 : Sapar
5. dalam tahun Dal bulan 2 : yaitu sapar dan puasa
6. dalam tahun Be bulan 2 : mulud dan syawan
7. dalam tahun wawu bulan 2 : Bakdomulud/syawal
8. dalam tahuin Jimakir bulan 2 : Jumadilawal dan Dulkaidkah
SAAT TATAL
Saat tatal dibawah ini untuk memilih waktu yang baik untuk mantu juga
untuk pindah rumah, berpergian jauh dan memulai apa saja yang dianggap
penting.
Kerentuan saat itu jatuh pada pasaran (tidak pada harinya ) :
1. pasaran legi : mulai jam 06.00 nasehet.mulai jam 08.24 Rejeki : mulai
jam 25.36 rejeki mulai dri jam 10 48 selamat, mulai jam 13.12 pangkalan
atau (halangan) mulai jam 15.36 pacak wesi
2. pasaran pahing : mulai jam 06.00 rejeki, jam 08.24 selamat, jam 10.48 pangkalan, jam 13.12 pacak wesi, jam 15.36 nasehat.
3. pasaran pon : mulai jam 06.00 selamat, jam 08.24 pangkalan, jam 10.48 pacak wesi, jam 13.12 nasehat, jam 15.36 rejeki
4. pasaran wage mulai jam 06.00 pangkalan, jam 08.24 pacak wesi, jam 13.12 nasehat jam 15.36 selamat.
5. pasaran kliwon, mulai jam 06.00 pacak wesi, jam 08.24 nasehat, jam 10.48 rejeki, jam 13-12 selamat jam 13.36 pangkalan.
HARI PASARAN UNTUK PERKAWINAN
Neptu dan hari pasaran dijumlah kemudian dikurangi/dibuang enam-enam apabila tersisa:
1 jatuh, mati, (tidak baik) asalnya bumi
2 jatuh, jodoh (baik) asalnya jodoh dengan langit
3 jatuh , selamat atau baik asalnya barat
4 jatuh, cerai atau tidak baik asalnya timur
5 jatuh, prihatin (tidak baik) asalnya selatan
6 jatuh, mati besan (tidak baik) asalnya utara
Dalam berdagang orang jawa mempunyai petungan (prediksi) khusus untuk
mencapai sukses atau mendapatkan angsar (pengaruh nasib) yang baik,
sehingga menjadikan rezekinya mudah. Diantaranya petungan tersebut
sebagai berikut :
Dalam “kitab primbon” (pustaka kejawen) terdapat berbagai cara dan
keyakinan turun-temurun yang harus dilakukan orang yang akan melakukan
kegiatan usaha perdagangan. Untuk memulai suatu usaha perdagangan orang
jawa perlu memilih hari baik, diyakini bahwa berawal dari hari baik
perjalanan usahapun akan membuahkan hasil maksimal, terhindar dari
kegagalan.
Menurut pakar ilmu kejawen abdi dalem Karaton Kasunanan Surakarta, Ki
KRM TB Djoko MP Hamidjoyo BA bahwa berdasarkan realita supranatural,
menyiasati kegagalan manusia dalam usaha perlu diperhatikan. Prediksi
menurut primbon perlu diperhatikan meski tidak sepenuhnya diyakini.
Menurut Kitab Tafsir Jawi, dina pitu pasaran lima masing-masing hari dan
pasaran karakter baik. Jika hari dan pasaran tersebut menyatu, tidak
secara otomatis menghasilkan karakter baik. Demikian juga dengan bulan
suku, mangsa, tahun dan windu, masing-masing memiliki karakter baik
kalau bertepatan dengan hari atau pasaran tertentu.
Golek dina becik (mencari hari yang baik) untuk memulai usaha dagang
pada hakekatnya adalah mencari perpaduan hari, pasaran, tahun, windu dan
mangsa yang menghasilkan penyatuan karakter baik. Misalnya pada hari
rebo legi mangsa kasanga tahun jimakir windu adi merupakan penyatuan
anasir waktu yang menghasilkan karakter baik.
Menurut Ki Djoko, suatu karya yang terjadi pada hari yang karakternya
tidak baik, diperkirakakan karakter itu akan mengganggu usaha yang
dilakukan. Akibatnya usaha dagangnya juga banyak kendala, bahkan
mengalami kegagalan.
Aura pencemar tersebut dalam primbon disebut naas, sangar tahun, sangar
sasi dan sangar dina. Sedangkan anasir pencemar tersebut dikenal sebagai
naga dina, naga tahun dan sebagainya. Menurut Ki Djoko sampai kapan pun
kebiasaan atau tradisi memilih dina becik (hari baik) seyogyanya
dilakukan. Tentunya kalau tidak ingin berspekulasi dengan resiko
kegagalan.
Setiap karya akan berhasil sesuai dengan kodrat, jika dilakukan dalam
kondisi waktu yang netral dari pencemaran, sengkala maupun sukerta.
Manusia diberi kesempatan oleh Tuhan untuk beriktiar menanggulangi
sukerta dan sengkala dengan melakukan wiradat. Misalnya dengan ruwatan
atau dengan ajian rajah kalacakra, sehingga kejadian buruk tidak menjadi
kenyataan.
Orang yang akan membuka usaha pun dapat melakukan upaya sendiri pada
malam hari sebelum memulai usaha, yaitu berdoa mendasari doa kepada
Tuhan sambil mengucapkan mantera rajah kalacakra Salam, salam, salam
Yamaraja jaramaya, yamarani niramaya, yasilapa palasiya, yamidora
radomiya, yamidasa sadamiya, yadayuda dayudaya, yasilaca silacaya,
yasihama mahasiya. Kemudian menutup dengan mantera Allah Ya Suci Ya
Salam sebanyak 11 kali.
Untuk usaha perdagangan orang jawa yang masih percaya pada petung, akan
menggunakannya baik untuk menentukan jenis barang maupun tempat
berdagang dan sebagainya. Petung tersebut didasarkan weton (kelahiran
dari yang bersangkutan)
Menurut Dosen Jurusan Sastra Daerah – Fakultas Sastra UNS Drs. Usman
Arif Mpd, peluang merupakan filsafat kosmosentris bahwa manusia dan alam
tidak dapat dipisahkan. Manusia merupakan bagian dari alam semesta
sehingga geraknya tidak dapat lepas dari gerak alam, sebagaimana waktu
dan arah mata angin.
Orang jawa mempunyai keyakinan bahwa saat dilahirkan manusia tidak
sendirian karena disertai dengan segala perlengkapannya. Perlengkapan
itu merupakan sarana untuk bekal hidup dikemudian hari, yaitu bakat dan
jenis pekerjaan yang cocok. Di dalam ilmu kejawen kelengkapan itu dapat
dicari dengan petung hari lahir, pasaran, jam, wuku tahun dan windu.
Menurut Usman petung sekedar klenik atau gugon tuhon melainkan merupakan
hasil analisa dari orang-orang jawa pada masanya. Hasil analisa itu
ditulis dalam bentuk primbon. Dengan petungan jawa, orang dapat membuat
suatu analisa tentang anak yang baru lahir berdasarkan waktu
kelahirannya. Misalnya anak akan berhasil jika menjadi wartawan, atau
sukses jika menjadi pedagang.
Petung yang demikian itu juga digunakan di dalam dunia perdagangan.
Orang jawa masih mempercayainya, akan menggunakan petung dengan cermat.
Dari menentukan jenis dagangan waktu mulai berdagang diperhitungkan.
Semua sudah ada ketentuannya berdasar waktu kelahiran yang bersangkutan.
Penerapan petung untuk usaha perdagangan akan menambah kemungkinan dan
percaya diri untuk meraih sukses. Kepercayaan diri akan membuat lebih
tepat dalam mengambil keputusan. Prediksi menurut petung di dalam
perdagangan bukan hanya ada pada budaya orang jawa saja. Dalam budaya
Cina misalnya, hingga kini perhitungan itu masih berperan besar, sekali
pun pengusaha Cina itu sudah menjadi konglomerat.
Di Cina petung itu ada dalam Kitab Pek Ji atau Pak Che (delapan angka)
yang juga berdasarkan kelahiran seseorang, yaitu tahun kelahiran
memiliki nilai 2, bulan nilai 2, hari memiliki nilai 2 dan jam kelahiran
nilai 2.
Meskipun orang lahir bersamaan waktu, rezeki yang diperoleh tidak sama
karena yang satu menggunakan petung sedangkan yang lainnya tidak.
Banyak pula orang yang tidak mempercayai petung. Mereka menganggapnya
klenik atau tahayul. Mereka berpendapat dengan rasionya dapat manipulasi
alam. Anggapan demikian belum pas, meskipun manusia dapat merekayasa,
alam ternyata akan berjalan sesuai dengan mekanismenya sendiri
Untuk perhitungan mendirikan / pindahan rumah
A. Pertama-tama yg diperhitungakan adalah Bulan Jawa, yaitu :
1. Bulan Sura = tidak baik
2. Bulan Sapar = tidak baik
3. Bulan Mulud (Rabingulawal) = tidak baik
4. Bulan Bakdamulud (Rabingulakir) = baik
5. Bulan Jumadilawal = tidak baik
6. Bulan Jumadilakir = kurang baik
7. Bulan Rejeb = tidak baik
8. Bulan Ruwah (Sakban) = baik
9. Bulan Pasa (Ramelan) = tidak baik
10. Bulan Sawal = sangat tidak baik
11. Bulan Dulkaidah = cukup baik
12. Besar = sangat baik
Berdasarkan perhitungan diatas, bulan yg baik adalah : Bakdamulud, Ruwah, Dulkaidah, dan Besar.
B. Langkah kedua yaitu menghitung jumlah hari dan pasaran dari suami serta istri.
1. Suami = 29 Agustus 1973
- Rabu = 7
- Kliwon = 8
- Neptu (Total) = 15
- Tahun Jawa = 29 Rejeb 1905 TAhun WAWU Windu ADI
- Tahun Hijriah = 30 Rajab 1393 H
2. Istri = 21 Desember 1976
- Selasa = 3
- Kliwon = 8
- Neptu (Total) = 11
- Tahun Jawa = 28 Besar 1908 Tahun EHE Windu KUNTARA
- Tahun Hijriah = 29 Dzulhijah 1396 H
Jumlah Neptu Suami + Istri = 15 + 11 = 36
C. Langkah ketiga, menghitung Pancasuda.
Jumlah ((Neptu suami + Neptu Istri + Hari Pindahan/Pendirian Rumah) :
5). Bila selisihnya 3, 2, atau 1 itu sangat baik. Cara ini disebut
PANCASUDA.
PANCASUDA :
1. Sri = Rejeki Melimpah
2. Lungguh = Mendapat Derajat
3. Gedhong = Kaya Harta Benda
4. Lara = Sakit-Sakitan
5. Pati = Mati dalam arti Luas
Lalu mengurutkan angka hari pasaran mulai dari jumlah yang paling kecil
yaitu (selasa (3) + wage (4) = 7), hingga sampai jumlah yang paling
besar yaitu (Sabtu (9) + Pahing (9) = 18.
7 + 36 = 43 : 5 sisa 3 = Cukup Baik
8 + 36 = 44 : 5 sisa 4 = Tidak Baik
9 + 36 = 45 : 5 sisa 5 (yg habis dibagi 5 dianggap sisa 5) = Jelek Sekali
10 + 36 = 46 : 5 sisa 1 = Baik Sekali
11 + 36 = 47 : 5 sisa 2 = Baik
12 + 36 = 48 : 5 sisa 3 = Cukup Baik
13 + 36 = 49 : 5 sisa 4 = Tidak Baik
14 + 36 = 50 : 5 sisa 5 = Jelek Sekali
15 + 36 = 51 : 5 sisa 1 = Baik Sekali
16 + 36 = 52 : 5 sisa 2 = Baik
17 + 36 = 53 : 5 sisa 3 = Cukup Baik
18 + 36 = 54 : 5 sisa 4 = Tidak Baik
Dari paparan tersebut diketahui hari baik untuk mendirikan rumah
tinggal, khusus bagi pasangan suami–istri yang hari-pasaran-lahir
keduanya berjumlah 36 adalah :
Terbaik 1 :
a. hari-pasaran berjumlah 10 ( Selasa Pon, Jumat Wage dan Minggu Legi)
b. hari-pasaran berjumlah 15 (Rabu Kliwon, Kamis Pon dan Jumat Pahing)
Terbaik 2 :
a. hari-pasaran berjumlah 11 (Senin Pon, Selasa Kliwon, Rabu Wage dan Jumat legi)
b. hari-pasaran berjumlah 16 (Rabu Pahing, Kamis Kliwon dan Sabtu Pon)
Terbaik 3 :
a. hari-pasaran berjumlah 7 (Selasa Wage)
b. hari-pasaran berjumlah 12 (Senin Kliwon, Selasa Pahing, Rabu Legi, Kamis Wage dan Minggu Pon)
c. hari-pasaran berjumlah 17 (Kamis Pahing dan Sabtu Kliwon)
D. Selanjutnya pilih salah satu dari 21 hari baik yang berada dalam
bulan Bulan Bakdamulud, Bulan Ruwah, Bulan Dulkaidah dan Bulan Besar,
yaitu:
1. Bulan Bakdamulud (Rabingulakir)
Bulan baik untuk mendirikan sesuatu termasuk rumah tinggal. Keluarga
yang bersangkutan mendapat wahyu keberuntungan, apa yang diinginkan
terlaksana, cita-citanya tercapai, selalu menang dalam menghadapi
perkara, berhasil dalam bercocok-tanam, berkelimpahan emas dan uang,
mendapat doa restu Nabi, dan lindungan dari Allah.
2. Bulan Ruwah (Sakban)
Bulan baik untuk mendirikan rumah tinggal. Rejeki melimpah dan halal,
disegani, dihormati dan disenangi orang banyak, mendapat doa Rasul.
3. Bulan Dulkaidah
Cukup baik, dicintai anak istri, para orang tua, saudara, dan
handaitaulan. Dalam hal bercocok-tanam lumayan hasilnya. Banyak rejeki
dan cukup uang. Keadaan keluarga harmonis, tentram, damai dan
mendapatkan doa dari Rasul.
4. Bulan Besar.
Baik, banyak mendapat rejeki, berkelimpahan harta-benda dan uang.
Anggota keluarga yang berdiam di areal rumah-tinggalnya yang dibangun
pada bulan Besar merasakan ketentraman lair batin, serta dihormati.
Terbaik 1 :
1. Selasa Pon,
2. Jumat Wage,
3. Minggu Legi,
4. Rabu Kliwon,
5. Kamis Pon,
6. Jumat Pahing,
Terbaik 2 :
7. Senin Pon,
8. Selasa Kliwon,
9. Rabu Wage,
10. Jumat legi,
11. Rabu Pahing,
12. Kamis Kliwon,
13. Sabtu Pon,
Terbaik 3 :
14. Selasa Wage,
15. Senin Kliwon,
16. Selasa Pahing,
17. Rabu Legi,
18. Kamis Wage,
19. Minggu Pon,
20. Kamis Pahing,
21. Sabtu Kliwon